Belum lama ini rasa bosan dan kantuk sudah terobati setelah
nekat jalan-jalan. Sebelum cus, biasa selalu ada perencanaan yang sama sekali
tidak matang. Kumpul. Iseng-iseng mengajak. Pada meng-iya-kan. Tentukan
rencana.
Entah kenapa muncul nama rawa pening dalam perbincangan.
Sebelumnya, aku pribadi memang belum pernah ke rawa pening. Mau ngapain juga
gak tau kalau ke sana. Paling pol, itu juga hanya lewat saja. Cukup lihat kalau
ada air, udah. Tapi, untuk kali pertama ada niatan untuk menjajal menelisik
rawa pening.
Untuk menikmati suasana rawa pening, sebetulnya ada tiga
opsi. Pertama, dari Jembatan Biru. Kedua, kampoeng rawa. Dan ketiga, Bukit
Cinta. (Entah masih ada yang lain apa enggak) Kami memilih opsi pertama yaitu,
Jembatan Biru.
Setibanya di jembatan biru, kami disambut oleh… yap betul
jembatan berwana biru. Selain itu juga ada alat-alat untuk mengeruk eceng
gondok. Fyi, eceng gondok telah memenuh sebagian besar permukaan di rawa
pening. Makannya, sedikit demi sedikit direvitalisasi.
Balik lagi di jembatan biru, di situ kami puas memandang
luasnya danau dan yang gak kalah luas ialah hamparan eceng gondok. Beberapa
menit di jembatan kami tiba-tiba sudah bosan. Bukan bosan dengan rawa
peningnya, tapi bosan berdiri saja di sebuah jembatan. Kami pun berjalan
perlahan menghampiri warung di tengah. Di situ kami melihat papan bertuliskan
sewa perahu. Seketika tanpa berdebat kami bertiga memutuskan menyewa perahu seharga 60
ribu.
Kami diantar oleh bapak-bapak yang kebetulan juga seorang
nelayan. Jarak yang semula kami anggap remeh, ternyata jauhh sekali kalau
dihampiri. Benar-benar luas ternyata. Saat mulai ke tengah danau, rasanya cukup
mendebarkan. Karena dalam bayangan pribadi, selalu terbayang rasanya nyemplung
ke air tanpa dasar. (ah lebay). Parno sedikit sih pada awalnya. Tapi, lama-lama
enak. Kayak pas jatuh cinta, ehh.
Semakin tengah semakin jelas pemandangan yang ada di situ. Langit
yang teduh. Gunung yang gagah. Dan air yang tenang. Pas buat relaksasi. Kebetulan
juga sampainya pas agak sore. Walaupun kurang jelas, tidak masalah dengan awan
yang menutupi. Seenggaknya, tidak kepanasan. Hehe.
Karena, banyaknya eceng gondok di situ. Aku pun penasaran,
gimana asal mulanya. Kenapa sangat banyak, dan apa fungsinya. Bapak itu
menjawab dengan detail. Tetapi, yang aku tangkap hanya beberapa saja hehe. Seperti,
eceng gondok itu jadi rumah atau tempat berlindung para ikan dari sinar
matahari. Iya, di situ banyak banget ikan. Dan katanya ikan-ikan juga bisa
tiba-tiba ada di sekitar eceng gondok. Jadi, menguntungkan juga buat para
nelayan.
Terus ternyata eceng gondok juga dimanfaatkan para nelayan
kalau hujan. Gimana maksudnya? Kalau hujan di danau yang luas kan pasti basah,
karena gak ada pohon atau gedung untuk berteduh, ya iyalah. Nah, saat itu peran
eceng gondok. Katanya, pas hujan lebat para nelayan menggunakan eceng gondok
untuk berteduh, sekaligus melindungi hasil tangkapan. Apalagi perahu yang
digunakan nelayan biasanya bukan perahu besar dengan tutup. Hanya berupa lesung
atau sampan saja.
Oiya, eceng gondok di rawa pening itu diikat menjadi satu.
Entah bagaimana caranya, kurang paham. Jadi, kalau pas naik perahu jangan kaget
kalau ada rangkaian eceng gondok yang bergeser perlahan bersamaan.
Sampai di tengah. Ada semacam tambak atau apa namanya. Di situ kami berhenti dan dipersilahkan lihat-lihat atau menikmati pemandangan dulu. Jadi, bukan hanya naik perahu-sampai-pulang lagi. Nanti bakal ada waktu untuk mengeksplorasi. Terlebih kalau seorang pemburu foto yang ciamik. Pas banget kalau datang ke rawa pening. Pasti bakal puas dengan pemandangan yang disuguhkan tuhan di sebuah danau yang berada di jawa tengah ini.
Buat kamu yang ingin menjajal keindahannya rawa pening, bisa banget cus kemari. Dan jangan lupa sewa perahu. Selain bisa eksplor lebih jauh, kita bisa membantu ekonomi warga sekitar. Kalau sudah membantu, jangan mengganggu ya! Jangan mencemari lingkungan di sana! Okeecuyy?